Monday, January 19, 2009

PEMERANAN: Sebuah Pengantar bagi Aktor dan Aktris

Studi tentang pemeranan merupakan hal yang mutlak yang harus dikuasai oleh seorang aktor (dan aktris). Di sekolah-sekolah/ kampus seni jurusan teater, bahkan di seluruh dunia, program studi pemeranan menjadi salah satu mata kuliah yang ‘wajib hukumnya’. Studi tentang keaktoran ini tak lain meliputi materi-materi yang harus dikuasai oleh seorang aktor. 90% dari studi ini adalah praktek. Memang, tak ada kata lain bagi seorang aktor selain: “kerja (latihan), kerja, dan kerja!". Kebanyakan yang diajarkan dalam program studi pemeranan tak lebih di sekitar olah tubuh, gerak, vokal dan sukma. Di negara-negara maju seperti di kawasan Eropa, misalnya, item-item yang diajarkan dalam program studi pemeranan selama satu semester meliputi: (1) Teori Teater, merupakan pelajaran yang berisikan tentang sejarah dan perkembangan teater, teori-teori serta pandangan tokoh-tokoh teater dunia. Segala hal yang menyangkut teori, diajarkan dalam pelajaran ini. Bisa jadi inilah satu-satunya pelajaran teori yang diberikan dalam program studi pemeranan; (2) Teknik Tari, dalam pelajaran ini siswa dilatih untuk melakukan dan menemukan teknik-teknik dasar menari. Beragam teknik diberikan mulai dari dasar hingga samapai rangkaian gerak; (3) Dasar-dasar Menari, merupakan kelanjutan dari dasar tari, di mana siswa dilatih untuk menari dalam gaya atau bentuk tarian tertentu. Jenis tarian yang diajarkan tentu saja tarian yang populer sehingga lebih bisa mengena dan dapat digunakan (diaplikasikan) dalam pertunjukan teater; (4) Ritmik Dasar, merupakan pelajaran seni musik dasar yang memberikan keterampilan kepada siswa untuk dapat membaca not dan melagukannya dengan diiringi piano. Akhir dari pelajaran ini adalah menyanyi. Jadi menyanyi juga merupakan satu hal yang harus dilatihkan kepada aktor; (5) Interpretasi Syair, merupakan kelanjutan dari pelajaran Ritmik Dasar. Tujuannya adalah agar sang penyanyi dapat mengahayati lagu yang dinyanyikan, maka interpretasi syair lagu harus dipahami sebaik mungkin; (6) Akrobat, pelajaran ini menyangkut ketahanan fisik dan kemampuan tubuh melakukan atraksi. Tidak saja kelenturan tetapi beragam gaya dan aksi dapat dilakukan oleh aktor dengan media tubuhnya. Kira-kira inti pelajaran akrobat dalam program studi pemeranan seperti itu; (7) Bela Diri, seni beladiri yang diajarkan adalah Anggar dan toya. Dasar-dasar bermain anggar diajarkan hingga sampai koreografi perkelahian kelompok dengan menggunakan senjata pedang. Demikian juga dengan piranti toya, mulai dari toya pendek hingga toya panjang dan juga koreografi kelompok dilatihkan di sini; (8) Teknik Olah Tubuh, di masing-masing negara, teknik yang dipakai beragam. Di Jerman, misalnya, menggunakan teknik Feldenkrais, yang merupakan teknik olah tubuh yang ditemukan oleh Mose Feldenkrais. Teknik olah tubuh lainnya yang lazim digunakan di Amerika adalah teknik Alexander. Teknik ini menggabungkan olah logika dan olah tubuh. Dalam pelajarannya, tubuh dikendalikan oleh pikiran dan pikiran memikirkan keberadaan tubuh sedetil mungkin. Segala jenis gerak ketidakbiasaan juga dilatihkan. Misalnya, bagaimana memaksimalkan tangan kiri seperti halnya tangan kanan, dan lain sebagainya. Ada juga teknik tentang olah tubuh lainnya dari Stanilovsky, yang lebih menjurus ke acting. Ada pula ajaran teknik dari Brotowsky yang lebih mengajarkan gerak sebagai simbol-simbol; (9) Tubuh dan Suara, pelajaran dasar olah vokal yang dikombinsaikan dengan olah tubuh dalam sebuah permainan. Koordinasi antara pikiran, gerak tubuh dan suara dilatihkan dalam game-game yang menarik; (10) Olah Suara, pelajaran khusus olah suara yang mengksplorasi ragam jenis suara dan kemungkinan-kemungkinan rangkaian suara yang dapat diproduksi melalui pita suara serta disesuaikan dengan nada-nada musik. Gerak-gerak dasar juga dilakukan dalam mengeksplorasi suara. Demikian juga ketika suara harus menyesuaikan dengan nada musik maka gerak tubuh harus mengikuti irama yang dimainkan; (11) Wicara, pelajaran khusus dialog di mana siswa dilatih berbicara mulai dari tahap pernafasan hingga sampai mengucapkan rangkaian kalimat. Pelajaran ini sangat detil karena setiap penggal kata, jeda, pelafalan, intonasi, diksi dan semua problem berbicara diperhatikan dan dipelajari; (12) Fragmen, dalam pelajaran ini semua siswa dapat mengaplikasikan beragam teknik yang telah didapati dalam seluruh mata pelajaran yg telah diikuti. Fragmen dimulai dari pencarian karakter hingga sampai memainkannya, baik secara improvisasi ataupun dengan menggunakan naskah. Adapun tahap akhir dari pelajaran ini adalah memainkan naskah secara penuh/ fullplay yang sekaligus sebagai ujian akhir dalam menempuh studi ini. Dari keseluruhan item-item dalam program studi pemeranan seperti yang terpapar di atas, ternyata itu semua adalah pengembangan dari olah tubuh, gerak, vokal dan sukma. Selebihnya adalah penggalian yang pada akhirnya menjadi bagian-bagian (cabang-cabang) yang lebih detil, teliti dan cermat. Memang, masih banyak sebagian aktor di Indonesia yang masih terjebak dalam pola pembelajaran tentang studi pemeranan yang diwariskan secara turun temurun dari para seniman pendahulunya tanpa mau menguak lagi apa sesungguhnya yang perlu dikuasai (dipelajari) oleh seorang aktor – di mana masih berkutat pada soal olah tubuh, gerak, vokal dan sukma itu tadi. Sehingga masih banyak ditemui aktor-aktor yang tidak bisa menyanyi ataupun menari di negeri ini. Celakanya banyak kalangan yang mengakui mereka sebagai aktor. Pendeknya, ternyata para aktor di tanah air, para pemula khususnya, masih perlu lebih banyak belajar lagi tentang studi pemeranan. Sebab bisa jadi item-item tentang studi pemeranan seperti yang dipaparkan di atas kedepannya bisa berkembang lebih luas lagi. Terlepas dari itu semua, yang terpenting bagi seorang aktor adalah terus bekerja, kerja dan kerja! (Naskah & Foto: Hanif Nashrullah---dikumpulkan untuk memenuhi tugas akhir semester (1) mata kuliah Pemeranan, Program Studi S-1, jurusan Seni Teater, Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya)

No comments:

Post a Comment